Mempunyai rumah layak huni tentu menjadi impian bagi semua orang dan meskipun demikian memilih rumah yang layak huni dan bisa membuat nyaman tidaklah lebih mudah karena harusa bisa mempertimbangkan jenis, desain, dan tipe rumah saja.

Bahkan di beberapa negara yang mungkin masih menghadapi masalah ekonomi berkepanjangan seperti Indonesia yang mana sebagian masyarakatnya mungkin masih merasa sulit dalam mendapatkan rumah yang layak huni.

Sejumlah faktor yang mungkin saja terjadi seperti misalnya adalah jumlah pengangguran yang tinggi, pendapatan yang masih rendah, sehingga mereka mencari tempat tinggal atau membangun rumah tidak layak huni.

Apa itu RTLH
promediateknologi.id

Apa itu RTLH

RTLH dapat didefinisikan sebagai rumah yang tidak memenuhi kriteria sebagai tempat tinggal yang layak. Konstruksi bangunan yang tidak memadai, luas ruangan di bawah standar, ketidaksehatan, dan potensi bahaya bagi penghuni menjadi ciri khas dari rumah-rumah ini.

Penilaian kelayakan tempat tinggal dapat dilihat dari dua aspek utama, yaitu kualitas fisik rumah dan kualitas fasilitas rumah. RTLH cenderung tidak memenuhi kedua aspek tersebut.

Baca Juga : Pengertian Kawat Bangunan, Fungsi, Jenis dan Kelebihan

Beberapa ciri yang dapat diidentifikasi pada RTLH antara lain adalah konstruksi bangunan yang kurang memadai, luas ruang yang tidak sesuai dengan standar per orang, serta kondisi yang tidak mendukung kesehatan atau malah berpotensi membahayakan penghuninya.

Menariknya, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa setengah dari rumah tangga di Indonesia masih tinggal di rumah yang tidak layak huni. Fenomena ini bertentangan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang menetapkan tujuan memberikan hunian layak bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Kriteria Rumah Tidak Layak Huni
rri.co.id

Kriteria Rumah Tidak Layak Huni

Menurut Kemensos, Kementerian PUPR, dan beberapa lembaga terkait, setidaknya terdapat beberapa kriteria rumah tidak layak huni.

Ciri-ciri RTLH ada beberapa di antaranya:

  1. Sanitasi buruk di rumah
  2. Pencahayaan kurang di siang hari
  3. Tidak ada Ventilasi untuk sirkulasi udara
  4. bangunan bisa membahayakan.
  5. Air Bersih hanya sedikit
  6. Ruangan ukuran 9 m2

Pada Intinya Rumah Tidak Layak Huni memang punya ciri-ciri tertentu

Cara Meningkatkan Kualitas Hidup di RTLH

Langkah awal untuk meningkatkan kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) melibatkan pemahaman menyeluruh bahwa perbaikan tidak hanya terkait dengan aspek fisik semata. Proses ini melibatkan penyediaan sumber daya kunci seperti air bersih dan sanitasi yang memadai, serta perbaikan infrastruktur di sekitar rumah.

Tujuan utama dari usaha ini adalah menciptakan rumah yang bukan hanya sebagai tempat tinggal yang aman, tetapi juga sebagai lingkungan yang mendukung kehidupan sehat dan produktif bagi para penghuninya.

Baca Juga : Apa itu Bronjong : Penjelasan, Kelebihan dan Kekurangan

Melalui pendekatan holistik ini, upaya perbaikan RTLH tidak hanya memperbaiki kondisi fisik bangunan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh bagi masyarakat yang membutuhkan.

Cara dibawah ini untuk mengatasi RTLH:

  • Perawatan rutin ini bukan hanya tentang menjaga estetika bangunan tetapi juga memperpanjang masa pakai dan kenyamanan penghuni, menciptakan lingkungan yang aman dan fungsional dalam jangka panjang.
  • Proses ini melibatkan penilaian dan tindakan proaktif untuk memperbaiki masalah sebelum menjadi lebih serius, menciptakan lingkungan tempat tinggal yang aman dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
  • Pilihan ini memberikan kesempatan untuk memaksimalkan penggunaan ruang, menciptakan rumah yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keluarga.

Penyebab Rumah Tidak Layak Huni

1. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi memiliki dampak serius terhadap tingkat kemiskinan dan pengangguran, karena terjadi penurunan produktivitas industri.

Akibatnya, banyak masyarakat dengan penghasilan rendah menghadapi kesulitan untuk memiliki rumah layak huni.

Penurunan daya beli dan peluang pekerjaan yang terbatas membuat impian memiliki tempat tinggal yang aman dan nyaman semakin sulit dicapai oleh sebagian besar individu dalam lapisan masyarakat tersebut.

2. Mobilitas Penduduk

Peluang ekonomi yang lebih besar di kota, termasuk akses lebih baik terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan lainnya.

Meskipun membawa harapan untuk perbaikan hidup, urbanisasi juga menimbulkan tantangan, seperti tekanan pada infrastruktur perkotaan, perumahan, dan peningkatan tingkat polusi.

Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu merancang kebijakan yang seimbang untuk mengelola urbanisasi agar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan lingkungan.

3. Kesenjangan Kota dan Desa

Peningkatan persentase penduduk di kota disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru, reklasifikasi beberapa desa menjadi kota, dan perluasan batas wilayah kota.

Antara tahun 1980–1990, beberapa kota di Indonesia mengalami perluasan dengan penambahan desa. Akibatnya, terjadi lonjakan permintaan hunian yang tidak sebanding dengan ketersediaan lahan rumah, menyebabkan munculnya Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di sudut-sudut permukiman kumuh.

Meningkatnya urbanisasi menimbulkan tantangan serius terutama dalam pemenuhan kebutuhan perumahan. Banyaknya RTLH menjadi dampak nyata dari ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan ketersediaan infrastruktur perumahan.

4. Konsep Rumah Sangat Sederhana atau RSS

Konsep RSS memiliki tujuan nobel, kurangnya pengawasan terhadap implementasi di lapangan dan kurangnya pendampingan bagi pemilik rumah dapat mengakibatkan kualitas rumah yang buruk.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan implementasi konsep seperti RSS disertai dengan pengawasan yang ketat dan pendampingan yang memadai agar dapat memberikan kontribusi yang positif dalam pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat perkotaan.